Teruslah Bodoh Jangan Pintar [Book Review]

Saat hukum dan kekuasaan dipegang oleh serigala-serigala buas berbulu domba.
Saat seluruh negeri dikangkangi orang-orang jualan sok sederhana tapi sejatinya serakah.
Apakah kalian akan tutup mata, tutup mulut, tidak peduli dengan apa yang terjadi?
Atau kalian akan mengepalkan tangan ke udara, LAWAN!

Sudah beberapa lama saya tidak membaca buku Tere Liye. Jika diingat, terakhir kalinya adalah beberapa tahun lalu, ketika Tere Liye menerbitkan buku dalams serial Bumi yang saya ikuti sejak SMA. Buku ini dibaca oleh beberapa kawan, dan menurut pendapat mereka, cukup mewakili keadaan politik yang terjadi di Indonesia akhir-akhir ini.

Buku ini bercerita tentang suatu proses persidangan pengadilan atas konsensus pertambangan. Apakah pertambangan itu boleh dilanjutkan atau tidak, semua bergantung pada hasil pengadilan. Tiap bab adalah tiap proses pengadilan dengan saksi yang berbeda-beda. Dalam buku ini, pihak aktivis lingkungan telah melakukan berbagai riset yang menyatakan bahwa pertambangan tersebut berbahaya jika terus dilanjutkan. Alasannya berbagai macam: karena perusahaan tersebut telah membahayakan lingkungan, memakan korban jiwa, kurangnya keselamatan kerja, dan lain-lain. Sementara, dengan berbagai alasan, pihak pertambangan terus mendesak agar dapat menjalankan prosesnya, disertai dengan dugaan keterlibatan pemerintah.

Pengusaha tambang atau aktivis lingkungan yang menang?
Silakan membaca buku ini, karena itu adalah inti dari ceritanya. 😀

Buku ini cukup bisa dinikmati. Seperti keahliannya, Tere Liye selalu menuliskan cerita fiksi yang dekat dengan keseharian kita, seperti kisah ini yang mungkin terkait dengan kasus-kasus yang ada di Indonesia. Namun untuk buku ini, bisa dibilang aku hanya cukup menikmatinya.

Efek kejut atau plot twist yang ada dalam cerita justru membuat cerita ini sangat fiksi, karena hal itu mungkin tidak akan terjadi dalam kehidupan nyata.

Lalu dalam karakternya, Tere Liye menggunakan ‘aku’ dan ‘kamu’ yang menurut saya kurang bisa dinikmati. Karena proses persidangan yang menggunakan bahasa formal, tidak sebaiknya dituliskan dengan ‘aku’ ‘kamu’ seperti dalam percakapan biasa.

Tapi, buku ini sedikit banyak bisa menggambarkan keadaan politik di Indonesia. Seperti korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) yang erat digambarkan dengan kongkalikong antara pemerintah dengan pengusaha, isu-isu kesejahteraan pekerja, kebebasan pers, pertambangan ilegal, dan sebagainya. Buku ini seolah mengingatkan apa yang terjadi jika kita melawan, pun apa yang terjadi jika kita diam saja.

Jika buku ini dibaca oleh anak-anak sekolah seusia middle grade yang baru menjajaki bacaan, akan sangat bagus untuk mereka dalam mengetahui minimal dari kondisi politik di Indonesia. Komisi pemberantasan yang ternyata juga korupsi, parlemen yang disusupi orang-orang dalam, penyuapan di sana-sini bagaikan hal yang biasa, hingga kita tidak lagi kaget.

Namun sebagai seorang dewasa, yang telah banyak melihat carut marutnya kondisi politik di negeri ini, novel ini tak ubahnya sebuah hiburan, karena yang terjadi di dunia nyata jauh lebih parah dan mengenaskan.

Seperti judulnya, “Teruslah Bodoh, Jangan Pintar”.
Karena kalau kita “bodoh”, kita akan selamat. Kalau kita “pintar”, apakah negeri ini pernah menghargainya?

16 Comments

  • Hmm buku karya Tere Liye ini selalu pake diksi-diksi yang indah (menurut akuu :D) Aku sempet baca review buku ini, yang punya pandangan berbeda dan menyentil, namun emang relate di kehidupan nyata

  • Yahh belum sempat nih baca buku Tere Liye yang satu ini. Padahal review-nya bertebaran dimana-mana, paling suka sama dia tuh karena realita banget.

  • Memang sejak lama bangsa ini dikuasai oleh banyak serigala berbulu domba. Buku ini menarik dibaca sambil ditemani secangkir kopi panas dan seporsi roti bakar. Ya, sekalian berharap juga semoga negeri kita tercinta ini semakin baik walaupun entah kapan terwujudnya, doakan saja aamiin.

  • Sepertinya buku dari Tere Liye ini cukup mewakili kondisi saat ini ya kak. Menarik untuk dibaca sebagai bahan belajar

    • Rakyat selalu dibodohi intinya, janji, uang 50rb aahh sudah bukan lagu lama ya..padahal bnyk yg menderita, sementara yg brsuara dn pintar akan ditangkap…bener juga sih jadi pura2 bodoh terus biar aman

  • Saya belum pernah membaca satupun karya Tere Liye. Tau buku ini saat pilpres. Banyak yang merekomendasikan. Mungkin kapan-kapan saya perlu baca juga bukunya

  • Wow … to the point banget. Aaaa … jadi tahu kalau isinya rupanya memang lebih asik untuk dibaca sama remaja dan dewasa muda karena kisahnya yang kompleks ya.

  • Tere Liye emang jagonya. Dari judulnya aja udh bikin penasaran banget… Cerita fiksi tentang korupsi ya ternyata. Thanks for your recommendation kak.

  • Aku lupa, entah suamiku punya buku ini atau aku keseringan liat buku ini ada seliweran di X ya hehe.
    Yaaa memang sih kyk sesuai kondisi di lapangan di mana rakyat dibikin bodoh dan gak tahu apa2 sehingga penguasa2 korup merajalela.
    Setuju buku ini bisa dipakai utk belajar masalah politik, khususnya bagi pemula dan yang idealisnenya masih sangat tinggi.

Leave a Reply