Uncategorized

tentang kakakku dan ayahku dan kesukaan mereka pada arsenal

Ini bulan Desember. Sebentar lagi ayahku merayakan ulangtahunnya ke lima puluh empat. Omong-omong soal ayahku, aku jadi ingat sepotong percakapan kami sewaktu aku kecil.

Ayahku seorang pengamat olahraga. Terutama sepak bola, dia berlangganan majalah Soccer. MotoGP, dia menontonnya tiap Sabtu. Bulutangkis, ia bermain bersama teman-temannya ketika malam Rabu. Maka wajar, seorang anak ingin mengetahui klub kesukaan ayahnya.

“Ayah suka klub yang mana?” tanyaku suatu ketika di sekolah dasar.

Ayahku tersenyum. “Arsenal, mbak.”

Aku manggut-manggut. Mana tahu Arsenal yang mana, aku hanya iseng bertanya.

Lalu sepotong percakapan tadi menghilang ditumpuk percakapan lainnya.


Lalu saat aku tingkat dua, kakakku, suaminya Mbakku, suatu ketika menonton pertandingan Arsenal. “Duh, satu kosong!” Siapa lawan siapa? tanyaku. “Arsenal lawan XXX.” Yang menang siapa? Kakakku menjawab sambil cengengesan. Sudah tentu bukan Arsenal, berarti.

Setelah itu, aku jadi ingat kalau dulu aku pernah menanyakan klub bola kesukaan Ayah–Arsenal itu–dan jadi ingat kalau selama ini, aku tidak pernah mendengar tentang betapa terkenalnya mereka. Manchester, United atau City, aku tahu. Chelsea, aku tahu. Barca, Barcelona, itu sangat terkenal. Juventus, AS Roma, aku pernah dengar. Tapi Arsenal? Tidak ada melintas dalam kamus persepakbolaanku yang sangat tipis. Aku tanya kakakku, dan mereka memang jarang menang, katanya. (lalu aku tertawa ngakak.)

Lantas kenapa ayahku dan kakakku mengidolakan mereka? Kenapa tidak Barcelona, kenapa bukan Manchester City?

Penasaran, aku mulai menaruh perhatian pada grup ini. Surfing di internet membawaku pada sebuah simpulan, bahwa grup yang didirikan di Inggris ini lebih tua daripada negeri kita, dan pelatihnya Arsene Wenger itu namanya sendiri mirip dengan Arsenal! Mungkin dia benar-benar ditakdirkan untuk membawa nama besar grup ini. Karirnya stabil dan cukup bersinar pada abad 19 akhir hingga 2000-an, tapi hingga sekarang aku jarang mendengar grup ini mencapai kemenangan yang besar dan gemilang.

Ooh, ternyata ini grup tua yang stabil dan konsisten.

Mungkin jika kesukaan laki-laki pada klub bola dapat disamakan dengan kesukaanku pada grup k-pop, satu hal yang dicari adalah kenyamanan. Aku yang bukan fans kalengan, mengagumi Super Junior dari zaman aku SMP hingga sekarang, ketika terkenal meledak-ledak hingga redup dan stabil, alasannya karena apa? Karena aku sayang mereka (Eaaaaa tapi beneran ini lho!)

Dan atas nama rasa sayang itu, dan rasa bahagia yang pernah mereka beri, aku tidak menemukan alasan untuk tidak menyukainya. Meski aku suka EXO, Day6, dan lain-lain. Tapi aku masih punya porsi rasa suka untuk Super Junior.

Nah, barangkali seperti itu juga kisah cinta antara kakakku dan ayahku kepada Arsenal. Mungkin karena nyaman? Mungkin karena memang suka aja? Mungkin karena tidak suka gonta-ganti, atau ribet dan malas berganti-ganti klub? Membelanya berulang kali. Walaupun telah berulang kali mereka lihat Arsenal kalah. Arsenal nggak pernah menang. Pernah, ding, tapi jaraaang sekali. Huehehe.

Sekarang, kalau kakakku sedang menonton pertandingan melalui gawainya, aku bertanya, “Berapa berapa sekarang Arsenal, mas?” Kakakku menyebutkan angka. Lalu aku lagi-lagi ngakak dan memberinya prediksi-prediksi ketidakmenangan Arsenal. “Paling nggak nyampai dua.” “Fix 1-0 kalah.”

Aku suka bercanda dengan mengolok kakakku tentang klubnya yang tidak pernah menang itu. Lalu kakakku menyanggah. Besoknya prediksiku hampir benar, dan biasanya Arsenal memang menang…is. Hiks.

“Posisinya ketiga, tau, di klasemen!” kata kakakku tidak mau kalah. Tetap saja dibela, padahal ya sudah kalah…

Mungkin orang-orang penyuka Arsenal memang orang yang setia. Seperti setianya ayahku pada ibuku, setianya kakakku pada Mbakku. Grup yang jarang menang saja, diikuti pertandingannya hingga pagi, bersikeras tetap dibela. Orang-orang penyuka Arsenal juga sekumpulan orang-orang yang sabar menanti. Arsenal saja ditunggu hingga menang, padahal jarang banget menang 🙁

Kepada penyuka Arsenal, alih-alih menunjukkan simpati, aku lebih sering menghujat. Huhuhu, maaf ya Ayah 😂 Aku masih nggak paham kenapa Ayah suka Arsenal dibanding klub lain.

Tapi setelah merasakan pengalaman sebagai penyuka sebuah klub (read: k-pop), aku jadi sedikit mengerti bagaimana cara menyukai sebuah hal:

Jika itu berharga, maka perjuangkan terus sampai seharusnya! 😀

*

Selamat bulan Desember, Ayah, selamat ulang tahun nanti tanggal 28!

putrimu, Shalvia yang sedang pusing KTTA

Picture ® Nelson Ndongala

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *