Menulis Harus Membaca, dan Sebaliknya?
..Seorang pembaca tidak selalu menjadi penulis, tapi seorang penulis harus selalu menjadi pembaca.
Sebagai pembaca buku yang berkeinginan menjadi penulis, saya mengamini tulisan di atas. Sering saya menjumpai diri saya kehabisan ide untuk dibahas, bosan dengan topik yang dibahas, dan paling sering yaitu bosan dengan diksi yang saya gunakan. Kebosanan itu mengarahkan saya kepada writing slump, dan mau tidak mau saya harus membaca lebih banyak sebagai bahan bakar untuk menulis. Kalau sudah begitu, seringnya saya membaca berhari-hari tanpa henti. Sebelum kemudian mengisi energi untuk menulis lagi hahaha.
Siklus itu terus berulang. Saya mengisi kepala dengan membaca, kalau dirasa sudah terlalu penuh, saya akan mengeluarkannya dengan menulis. Begitu juga ketika memeras otak dan tidak menemukan apa-apa, saya akan membaca.
Menulis adalah menuangkan apa yang ada dalam pikiran menjadi kata-kata yang dapat dibaca dan dinikmati oleh orang lain. Apabila kita, katakanlah, tidak punya apa-apa dalam kepala kita, maka apa yang akan ditulis?
Tetapi dalam hal ini, saya nggak mau membatasi ‘membaca’ dengan hanya membaca buku. Banyak orang yang tidak membaca buku, tapi punya pengalaman yang amat banyak yang akhirnya sama-sama menjadi informasi juga di dalam kepala. Bisa juga dari mendengarkan orang lain. Pokoknya, banyak cara untuk mengisi bahan bakar di kepala kita. Dari pengalaman itu, dari cerita itu, dari semua informasi yang kita dapat, lantas kita proses lalu menuangkannya ke dalam kata-kata.
Penulis-penulis yang aku suka, misalnya Tsana, dia selalu melakukan riset yang panjang sebelum menuliskan bukunya. Pun dengan penulis-penulis lain. Untuk satu buku, bisa membaca puluhan buku untuk risetnya.
Dulu aku pikir, mudah sekali menjadi penulis. Kata-kata bermunculan begitu saja dari pikirannya, dan tinggal dituliskan saja. Ternyata setelah menyeriusi menulis, kata-kata itu tidak muncul begitu saja. Mereka adalah proses dari bacaan-bacaan yang dibaca, dari pengalaman-pengalaman yang sudah dilakukan.
Aku selalu ingin menjadi penulis dari sebuah buku yang terbit di toko-toko buku terkemuka, seperti Gramedia, Togamas, dan lain-lain. Merupakan sebuah cita-cita dan tujuan sejak aku SD dan membaca KKPK dengan penulis yang berusia setara denganku. Tapi sekarang, sepertinya bekalku belum begitu banyak. Minta doanya, dan tunggu bukuku di toko buku, 5 tahun lagi ya!
Picture ® Aaron Burden
benar sekali, bagaimana bisa menulis jika tidak memiliki referensi, dalam hal ini membaca, baik itu dari buku ataupun membaca kejadian-kejadian yang telah terjadi, initinya tetap membaca.
semoga tercapai targetnya lima tahun lagi mbak, tetap semangat.. (y)
Betul kak, semakin banyak membaca maka harapannya semakin banyak yang dikuasai, makin berkualitas juga tulisan yang dihasilkan. Aamin, terima kasih banyak atas apresiasinya yaa Kak.. 🙂
sama2 mbak.. 🙂