Mengulangi Kejayaan

“Mengulangi kejayaan itu susah ya, Shal?” tanya Dewi sambil mengorek-orek bakmi goreng buatannya dengan sendok. Katanya bakmi gorengnya tidak seenak buatannya yang dulu.

Aku menyendok bakmi dan nasi dari piring Dewi. “Butuh konsistensi,” timpalku sok tahu.

Kupikir-pikir lagi, memang frase mengulang kejayaan itu jarang tertulis dimana-mana. Sekali dua mungkin, lantas kita langsung heboh karena saking jarangnya. Seringan juga kita mengulang kesalahan yang sama, kan? Dudududu~~ Padahal dipikir lagi, lebih manis rasa kejayaan daripada rasa kesalahan.

Oh, mungkin karena memang itu.

Konsistensi. Ketetapan dan kemantapan dalam bertindak. Dan jalan mencapai itu cuma berlatih. Melakukan sesuatu yang sama berulangkali, tanpa insentif, hanya kemauan sendiri. Susah… kan? Menahan nafsu, melawan malas, mengontrol kantuk. Yang terakhir itu khusus aku sih hehehe.

Agar kita bisa melakukan semuanya secara naluriah, tidak usah pakai buku panduan karena kita memang sudah terbiasa. Bisa karena biasa, katanya sih gitu. Berarti harus latihan terus dong, ya? Waaa yo jelas, wong masakannya Simbahku itu super enak karena ya beliau sudah masak bertahun-tahun, setiap hari. Hafal mati bumbunya, diracik sambil merem juga tetap enak.

Butuh waktu. Butuh proses. Menuju hal-hal yang baik itu pasti banyak apa-apanya. Ini lah, itu lah. Semoga dikuatkan dan dilancarkan, yaa, yang sedang berusaha konsisten dengan apapun!

Jadi kesimpulannya mungkin kamu bisa sering-sering masak bakmi goreng, Dew. Kalau kamu bosen, gapapa tetep masak aja, nanti aku siap menerima dengan penuh syukur. Wakakaka.

Leave a Reply