Jalan Rezeki
Aku percaya setiap orang punya jalan rezekinya masing-masing.
Mau itu berada diatas langit, dibawah laut, kalau sudah rezeki, yaa, nggak akan kemana-mana. Pepatah itu memang benar adanya.
Misalnya pagi ini, ketika aku mendapat notifikasi yang membuatku terperangah, kesal dan tidak percaya. Sebuah notifikasi dari kartu kuota langgananku–yang mahalnya minta ampun, yang terpaksa harus aku beli karena itu satu-satunya provider yang lancar untuk kuliah online—untuk provider lainnya, aku harus cari sinyal ke kuburan desa.
Bunyinya begini, “Masa aktif internet anda hingga tanggal 12 Juni 2020”.
Tebak kapan aku membelinya? Yak. 2 hari lalu. Sekarang tanggal 9 Juni. Berarti aku masih punya sisa 3 hari lagi.
Tepat sekali, aku menyia-nyiakan tiga puluh ribuku demi kuota 5 gigabyte yang hanya berlaku lima hari. :”))
Such a waste! Begitu pikirku sebelumnya. Kesia-siaan untuk uangku, bukan untuk kuotanya. Aku bukan orang berada, yang seharusnya 30 ribu bisa untuk bertahan satu bulan, yang rencananya akan aku pakai untuk ujian, tapi raib begitu saja dalam 3 hari kedepan.
Sedih banget… wkwkwkwkwkwk.
Tapi setelah aku pikir-pikir kembali, setelah mengamuk ke adikku yang sebetulnya tidak berdosa tetapi dia (menurutku) salah karena dia yang membeli kuotanya (maaf dek wkwkwk), aku berpendapat dengan kepala yang lebih jernih kalau itu, ya, memang jatah rezekiku.
Kan, jatah rezeki orang berbeda-beda?
Sebuah kartu yang didaftarkan hampir satu bulan lalu, yang menjadi jalan rezeki untuk penjualnya, jatah rezeki untukku dapat berfoya-foya menghabiskan lima gigabyte untuk 5 hari. Barangkali kartu ini lama teronggok di etalase penjualnya, dan penjualnya sangat bersyukur akhirnya ada yang laku. Barangkali jika tidak ada kartu ini, keadaan mati lampu terjadi dan aku tidak bisa kuliah pemeriksaan pajak kemarin hari. Barangkali memang sudah ada di garis takdir kalau aku dapat menyenangkan diri sendiri, dengan lima gigabyte dari kartu dengan internet paling cepat itu.
Barangkali dan barangkali lainnya, selalu ada kemungkinan-kemungkinan positif yang kita petik dari terjadinya sebuah kejadian. Jaaauh lebih sulit memetik hikmah daripada kemungkinan negatif, tapi hey manusiaa (terereng teng teng teng) apakah kamu diciptakan untuk mengeluh dan tidak bersyukur? Enggak kaan?
Jadi, gapapaaaa! Walaupun kamu sekarang sedih karena merasa membuang uang tiga puluh ribu, dinikmati aja! Toh juga udah dibeli. Uang tiga puluh ribu mah, kecil! Kalau Allah menghendaki kamu punya satu juta right now juga bisa banget! Wkwkwkwkwk. Mari kita doakan agar penjual kartu senantiasa sehat sentausa, dapat menghidupi keluarganya dan orang-orang yang disayanginya. Dan semoga kita juga! Aamin.