Jakarta Sebelum Pagi – Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie [Book Review]
NOVEL METROPOP TERABSURD yang pernah aku baca!
“Meskipun ada mayat di dalam kubur, tetap sulit menentukan siapa yang baru saja mati.”
Kalimat awalnya sudah eye-catching banget. Tapi kamu harus baca seluruh bukunya sebelum mengerti makna dibalik prolognya.
Buku ini diawali dengan… keabsurdan. Tokoh utamanya, Emina, dan temannya, Nissa, saling bercerita tentang babi. Hahaha. Bab-bab awal merupakan pengenalan tokoh (dengan gaya bercerita Ziggy yang baru aku kenal dan itu unik banget…) dan cerita mulai berjalan menarik ketika Emina mulai di stalk oleh orang. Hah, stalking? Iya! Stalkersnya itu mengirim bunga dan balon setiap hari. Serem gaksi gaes wkwkwk.
Emina lantas menyelidiki, siapa sih stalkerku? Karena yang dikirim adalah bunga, dia lantas mencurigai toko teh dan bunga di bawah apartemennya. Toko bunga itu dimiliki oleh Suki, tokoh favoritku dalam buku ini! Seorang anak SD yang—kalau kata bukunya—kelewat dewasa. Badannya imut-imut, tapi pemikirannya sudah dalam sekali.
Dari pertemuan dengan Suki, Emina ketemu dengan Abel, laki-laki yang ternyata pernah dia kenal di masa kecilnya. Pecinta babi dan anak dengan fobia suara dan sentuhan, ternyata mereka mudah menjadi dekat! Bersama-sama, mereka memecahkan misteri yang dimulai dari tulisan tangan di sebuah robekan kertas.
Apakah buku ini seru?
SERUUU! Menawarkan plot dan cerita yang tidak seperti novel biasanya. Aku sampai mikir, “Kok bisaaa ya Ziggy mikir begini”. Sisipan keabsurdannya juga, justru membuat novel ini jadi a breath in the fresh air. Gaya nulisnya—yang cenderung agak nggak mikir—mengingatkanku akan gaya nulisku dulu waktu SMA (wkwkwkw ngaku-ngaku dikit ya guys) (tapi beneran)
Emina itu, meski orangnya absurd, tapi dia juga bijaksana dalam beberapa hal. Beberapa quotesnya dalam buku ini membuat pemikiran yang dalam.
Contohnya ini (diambil dari litbase wkwkwk)
Eh, itu dari Pak Meneer, ya. Tapi intinya itu deh hahaha. Ziggy tidak lupa menyisipkan nasihat (ecie nasihat) dalam paragraf-paragrafnya. Oh iya, kamu akan memahami mengapa judulnya adalah Jakarta Sebelum Pagi jika sudah membaca buku ini! 🙂