Sandang, Pangan, Sepatu Gema (Akhir)
“Gema punya warung.. Gema sekarang jualan. Gema anak penjual..” kata anak-anak di depan rumahku, menyanyikan kata-kata yang sama berulang kali. “Bu, mereka ngomong kalau akuu anak penjual!” kata Gema mengadu, wajahnya merah. Istriku yang sedang menggoreng risol mengusap kepala bocah…
Sandang, Pangan, Sepatu Gema (5)
“Jadi sepatu Gema kapan belinya Pak?” tanya si kecil mungil itu sambil menjilati tangannya yang penuh dengan remahan snack cokelat. “Nanti ya, Nak. Bapak dan Ibu sedang cari uang dulu.” jawab istriku, mencoba membesarkan hatinya. “Ibu cari uang juga? Yang…
Sandang, Papan, Sepatu Gema (4)
Bis yang membawaku berhenti di depan rumahku. Rumah yang rencananya akan aku betulkan dengan uang hasil bonus, yang kuusahakan sejak awal mula bekerja, namun terpaksa harus menunggu lagi sedikit lebih lama. Cuaca hari ini mendung tipis-tipis, matahari tampak bersembunyi di…
Sandang, Papan, Sepatu Gema (3)
. “Pak, sepatuku mana?” tanya Gema dengan raut berbinar. Sepatu yang dia idam-idamkan sejak melewati toko bersama Ibunya pekan lalu, warnanya putih dengan tali merah, sol sepatunya cokelat. Kalau beli sepatu, dapat bonus jam tangan, katanya. Laki-laki itu melihatnya dengan…
Sandang, Pangan, Sepatu Gema (2)
. Asap kota bercampur deru kendaraan menjadi suara yang aku dengarkan tiap pagi tanpa absen, begitupun hari ini. Matahari pagi bersinar hangat, bis kota dan kendaraan pribadi simpang siur membawa pekerja kantoran, ibu-ibu ke pasar, juga anak-anak yang berangkat ke…
Sandang, Pangan, Sepatu Gema
“Pak.” “Ya.” “Anakmu minta sepatu.” Laki-laki itu menengadahkan wajahnya ke langit yang rapat dengan gulungan awan hitam. Barangkali siang ini dia bisa mencoba membantu merapikan rumput di rumah sebelah, membetulkan pipa rusak, membersihkan toilet—apa saja yang bisa dilakukannya. Dia berdiri,…