[Book Review] Keajaiban Toko Kelontong Namiya

Blurb

Ketika tiga pemuda berandal berembunyi di toko kelontong tak berpenghuni setelah melakukan pencurian, sepucuk surat misterius mendadak diselipkan ke dalam toko melalui lubang surat.

Surat yang berisi permintaan saran. Sungguh aneh.

Namun, surat aneh itu ternyata membawa mereka dalam petualangan melintas waktu, menggantikan peran kakek pemilik toko kelontong yang menghabiskan tahun-tahun terakhirnya memberikan nasihat tulus kepada orang-orang yang meminta bantuan.

Hanya untuk satu malam. Dan saat fajar menjelang, hidup ketiga sahabat itu tidak akan pernah sama lagi…

Summary

Tiga orang pemuda: Atsuya, Kohei, dan Shota melakukan pencurian mobil. Naasnya mobil itu mogok, sehingga mereka terpaksa bersembunyi di sebuah bangunan yang kelihatannya tidak terpakai, karena debu dan keadaan di sekitar rumah menunjukkan bahwa rumah itu tidak dihuni sejak lama. Mereka berencana bersembunyi hingga fajar tiba, lalu kabur dengan berjalan kaki. Ketika mereka melihat-lihat isi rumah, barang-barang yang ada berasal dari masa 40 tahun yang lalu.

Tiba-tiba, ada surat yang jatuh diselipkan dari lubang surat. Ketika dicek, tidak ada tanda keberadaan orang, lagipula itu tengah malam. Siapa yang mengirimkan surat di tengah malam?

Bingung, Atsuya lantas teringat bahwa dia pernah membaca soal toko kelontong di antara majalah yang ada di rumah itu. Ternyata, Toko Kelontong Namiya terkenal sebagai tempat berkonsultasi via surat yang akan dijawab sendiri oleh pemilik surat, 40 tahun yang lalu. Terdengar tidak mungkin apabila sekarang ada yang tetap berkonsultasi, tapi akhirnya mereka bertiga memutuskan membalas surat tersebut, yang berasal dari ‘Kelinci Bulan’.

Cerita bergulir, bagaimana ketiga sekawan itu melayani konsultasi dengan Kelinci Bulan. Ketika mereka menaruh surat balasan di kotak susu di belakang rumah, ajaibnya, surat itu langsung hilang. Setelah itu mereka menyadari ada yang tidak beres dengan rumah tersebut, bahwa entah bagaimana rumah tersebut membeku dalam aliran waktu antara zaman sekarang dengan 40 tahun yang lalu, serta waktu di dalam rumah itu berjalan sangat lambat, padahal apabila mereka keluar rumah, waktu berjalan dengan normal.

Di Bab 2, cerita diceritakan dari POV orang yang mengirim surat, kali ini namanya Tuan Artis Toko Ikan. Bab-bab selanjutnya pun serupa, menceritakan kisah-kisah dari sudut pandang yang berbeda juga.

Dan ajaibnya, ternyata kisah-kisah mereka saling bersinggungan satu sama lain, bahkan bersinggungan dengan ketiga pemuda itu, walaupun rentang waktu kejadiannya berbeda 40 tahun.

Review

Why I read this book?

Kenapa ya kemarin.. kayaknya aku baca ini karena covernya yang bagus dan appealing, deh. Kata orang, don’t judge a book by it’s cover, tapi aku tetap aja lebih tertarik sama buku yang covernya rapi dan cantik hahaha.

What did I think about the book?

Aku selalu suka buku dengan tema time travel. Memang sih, di blurb-nya tidak ada tanda-tanda kalua buku ini bakal bahas time travel. Jadi waktu aku baca sampai tengah-tengah, aku excited banget!

Aku nggak banyak baca buku terjemahan dari Jepang, tapi aku suka translasi dari buku ini, menyenangkan dibaca. Bukunya seru, plotnya walaupun lompat-lompat tapi di akhir buku bisa terjalin menjadi rapi dan minim plot hole.

Tokoh-tokohnya juga sangat diverse sifat-sifatnya, dan digambarkan dengan baik melalui perilaku dan ucapan dari tokoh. Misalnya Atsuya yang pemarah, digambarkan dengan baik dengan dia yang selalu emosi dan ngegas terus kalua ngomong hahaha. Kouhei yang cenderung penyabar dan pengalah. Kakek Namiya yang bijaksana dan pemikir, dan lain-lain.

Buku yang tipisnya cuma 300-an halaman ini cocok dibaca untuk mengisi waktu senggang karena ceritanya ringan dan hangat, serta banyak mengandung pesan moral yang baik.

It’s 4.6 / 5  for me! 😀 Agak lebih tinggi daripada rating Goodreads yang cuma 4.43, tapi baca buku ini memang betul-betul menyenangkan bagiku 😀

Baca juga: [Book Review] Convenience Store Woman by Sayaka Murata

Leave a Reply